Menag: Sidang Itsbat Penentuan Awal Ramadhan 19 Juli
Senin, 16 Juli 2012 –
Lampung (Pinmas)—Pemerintah akan
menggelar sidang itsbat penetapan awal ramadhan 1433H pada hari Kamis,
19 Juli 2012, di auditorium, Kemenag, Jl.MH.Thamrin No.6, Jakarta Pusat.
Hal itu diungkapkan Menag Suryadharma Ali ketika menghadiri halaqoh
kebangsaan Majelis Silaturahmi Kiai dan Pengasuh Ponpes se Indonesia
provinsi Lampung, di Ponpes Minhadlul Ulum Trimulyo, Lampung, Ahad
(15/7).
Menag meminta agar Muhammadiyah untuk hadir pada isbat tersebut. Ajakan ini merupakan respons dari keinginan Muhammadiyah yang tidak mau ikut pada sidang isbat tersebut. “Saya berharap Muhammadiyah hadir di sidang isbat. Persatuan dan kebersamaan itu lebih baik daripada perbedaan,” ujarnya.
Menurut Menag pada sidang itsbat itu akan dilakukan rukiah untuk menentukan awal Ramadan. Setelah mendapatkan laporan dari berbagai daerah mengenai rukyah, baru bisa disimpulkan kapan dimulainya puasa.
Sementara itu, Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil mengatakan, pihak tetap mengundang Muhammadiyah untuk ikut sidang itsbat. “Undangan sudah dilayangkan ke Muhammadiyah, sebagai anggota Badan Hisab dan Rukyah (BHR) Kemenag,” jelas Abdul Djamil.
“Perkara mereka tidak datang, ya tidak apa-apa. Tetapi lebih baik datang untuk menunjukkan kekompakan Islam di Indonesia,” kata Abdul Djamil. Kalaupun nantinya Muhammadiyah tetap mangkir di sidang isbat, tambah Abdul Djamil, keputusan sidang tetap berlaku dan harus dijalankan.
Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil menilai, selama ini PP Muhammadiyah cukup aktif dalam mengikuti agenda-agenda di BHR. Termasuk sidang isbat. “Tahun lalu mereka ikut,” tegas dia.
Mencemaskan
Pada kesempatan tersebut, Menag Suryadharma Ali mencemaskan tayangan-tayangan televisi selama Ramadhan. Dia menduga kuat tayangan televisi selama Ramadhan masih didominasi acara guyonan atau lawak. “Ini kurang produktif untuk kekhusyukan umat Islam yang sedang menjalankan puasa,” kata Menag.
Potensi kemunculan tayangan humor berkedok siraman rohani, kata Menag, karena muatan bisnis cukup kental. Dia meyakini jika acara-acara ini dari kacamata rating masih sangat menggiurkan bagi pemasang iklan.
Menag berharap, tayangan televisi selama Ramadhan harusnya lebih menonjolkan tayangan-tayangan siraman rohani. Dia menggarisbawahi, tayangan rohani yang dimaksud adalah yang benar-benar pengajian. Penceramah-penceramah yang selama ini identik dengan lawakan, diharapkan bisa lebih memberi siraman rohani. (jpnn)
Menag meminta agar Muhammadiyah untuk hadir pada isbat tersebut. Ajakan ini merupakan respons dari keinginan Muhammadiyah yang tidak mau ikut pada sidang isbat tersebut. “Saya berharap Muhammadiyah hadir di sidang isbat. Persatuan dan kebersamaan itu lebih baik daripada perbedaan,” ujarnya.
Menurut Menag pada sidang itsbat itu akan dilakukan rukiah untuk menentukan awal Ramadan. Setelah mendapatkan laporan dari berbagai daerah mengenai rukyah, baru bisa disimpulkan kapan dimulainya puasa.
Sementara itu, Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil mengatakan, pihak tetap mengundang Muhammadiyah untuk ikut sidang itsbat. “Undangan sudah dilayangkan ke Muhammadiyah, sebagai anggota Badan Hisab dan Rukyah (BHR) Kemenag,” jelas Abdul Djamil.
“Perkara mereka tidak datang, ya tidak apa-apa. Tetapi lebih baik datang untuk menunjukkan kekompakan Islam di Indonesia,” kata Abdul Djamil. Kalaupun nantinya Muhammadiyah tetap mangkir di sidang isbat, tambah Abdul Djamil, keputusan sidang tetap berlaku dan harus dijalankan.
Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil menilai, selama ini PP Muhammadiyah cukup aktif dalam mengikuti agenda-agenda di BHR. Termasuk sidang isbat. “Tahun lalu mereka ikut,” tegas dia.
Mencemaskan
Pada kesempatan tersebut, Menag Suryadharma Ali mencemaskan tayangan-tayangan televisi selama Ramadhan. Dia menduga kuat tayangan televisi selama Ramadhan masih didominasi acara guyonan atau lawak. “Ini kurang produktif untuk kekhusyukan umat Islam yang sedang menjalankan puasa,” kata Menag.
Potensi kemunculan tayangan humor berkedok siraman rohani, kata Menag, karena muatan bisnis cukup kental. Dia meyakini jika acara-acara ini dari kacamata rating masih sangat menggiurkan bagi pemasang iklan.
Menag berharap, tayangan televisi selama Ramadhan harusnya lebih menonjolkan tayangan-tayangan siraman rohani. Dia menggarisbawahi, tayangan rohani yang dimaksud adalah yang benar-benar pengajian. Penceramah-penceramah yang selama ini identik dengan lawakan, diharapkan bisa lebih memberi siraman rohani. (jpnn)